MARI BERSAMA GURATKAN KATA UNTUK MENGUBAH DUNIA

Jumat, 18 Juni 2010

RAMADHANKU

RAMADHANKU
oleh: Sri Adiningsih

Aku bingung, apa yang harus kutulis dalam kertasku yang masih kosong yang ada dihadapanku ini. Sedari tadi aku hanya mampu melihatnya dan tak dapat menggoreskan setitik pena pun, hingga aku tak sanggup lagi memegang pena dan tanpa kusadari kujatuhkan penaku kedasar lantai. Aku ingin sekali bisa menulis seperti dulu tapi apa daya pikiranku sekarang tidak hanya pada satu tema tapi terlalu banyak tema yang ada diotakku ini. Teringat akan semua tema yang ada di otakku. Kembali aku terpuruk di lantai dan secara reflek kujatuhkan air mataku kelantai. Ya, aku sekarang hanya bisa menangis. Karena itu satu-satunya luapan emosi yang bisa kutuangkan. Teringat segala kejadian yang terjadi pada hidupku. Aku tak tahu sampai kapan aku bisa menangis seperti ini.

Hal yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menghitung tiap daun yang gugur dari pohon disamping kamarku. Aku sering bertanya pada pohon yang kokoh itu “Pohon, apakah aku bisa melihat daun terakhirmu jatuh ketanah” tanyaku dalam sepi. Pohon itu pun hanya membisu tak sepatah kata pun terucap dan hanya bisa melambai-lambai ditiup semilirnya angin. Andaikan aku jadi burung yang bersarang di pohon itu, bisa terbang bebas kesemua penjuru tempat yang dia mau tanpa memikirkan apapun. Tapi, sayangnya ku tidak bisa seperti burung disana bahkan lebih tepatnya aku hanya bisa jadi burung dalam sangkar.

Sepi, ya rumahku memang selalu sepi. Bagaimana tidak sepi? Rumah ini hanya ditempati oleh 2 orang saja. Aku dan salah satu orang tuaku lebih tepatnya ayahku. Ayahku sekarang sedang bekerja,jadi aku hanya sendiri di rumah. Aku kadang iri dengan teman-temanku yang mempunyai keluarga lengkap. Aku sebenarnya punya, tapi mereka tak mau bersama. Mereka memutuskan untuk bercerai dengan alasan yang sangat bodoh menurutku. Mereka tidak memikirkan aku sama sekali, mereka tidak tahu dalam perceraian ini yang paling tersakiti adalah aku. Aku sering kesepian, anak broken home sepertiku sering terombang-ambing. Kadang tinggal dengan ayahku, kadang aku harus mencari-cari bundaku. Yang lebih pahit lagi kejadian itu terjadi pada bulan Ramadhan, kenapa mereka tak memikirkan sedikit pun tentang etika? Kenapa dibulan yang suci ini mereka harus melakukan hal yang bodoh seperti itu? Seharusnya mereka berlomba-lomba menjalankan hal-hal yang disunnahkan oleh Allah bukan perceraian, suatu hal yang dhalalkan tapi sangat dibenci oleh Allah SWT.

Sekarang yang ada disini, Hanyalah seonggok manusia yang tidak bisa berbuat apa-apa yaitu aku. Bagaimana tidak, aku hanya seonggok tulang yang berselimutkan daging tipis. Ya, mungkin lebih pantas benda yang tak sanggup lagi berbuat apa-apa. Aku tak sanggup apa-apa lagi dan tinggal menunggu dijemput oleh malaikat maut. Ya, sebentar lagi aku akan pergi ke tempat peristirahatan terakhirku. Aku tahu hal itu dari dokter yang memeriksaku beberapa bulan yang lalu, dia berkata aku sedang sakit dan sakitku bukan sakit biasa. Dia bilang aku sakit kanker servik. Dan lebih lucunya lagi hal itu juga terjadi dibulan Ramadhan, seminggu setelah kedua orang tuaku memutuskan untuk bercerai. Hal ini seperti sudah diatur olehNya. Tapi aku tak mampu berbuat apa-apa. Aku hanya tinggal menunggu ke tempat terindahku.

Meskipun aku tidak bisa memilih tanggal yang tepat untuk masuk ke tempat terindah itu, tapi aku sudah mempersiapkan segalanya. Ya aneh, aku memang aneh. Aku telah memberikan Molly, kucing kesayanganku pada anak tetanggaku. Jujur Molly adalah tempat curhatku dari segala kepenatan yang ada. Molly adalah hal terbesarku tapi aku harus sanggup merelakannya kepada orang lain. Aku harus membiasakan Molly dengan orang lain, aku takut jika aku pergi nanti Molly sangat kehilanganku dan aku takut Molly membuntutiku.

Tidak hanya memberikan Molly pada orang lain, aku juga telah membeli kain untuk baju yang akan aku kenakan nanti. Warnanya putih tanpa pernak-pernik sedikitpun. Aku ingin suci seperti kain itu. Tapi, apakah nanti jika aku telah sampai sana, Apakah tempatnya seperti rumah yang kutinggali ini. Sepi tanpa berpenghuni? Semoga saja disana banyak teman yang menemaniku. Ah, aku tidak boleh berpikiran seperti itu. Aku yakin disana akan banyak teman, tidak seperti disini yang sepi. Aku benci dengan sepi, sendiri.

Sebenarnya Rumah ini dulu tak sesepi ini, dulu aku masih punya kakek yang selalu sayang padaku. Tapi kakekku sekarang sudah tenang disana. Saat itu aku tidak hanya kehilangan satu kakek saja, melainkan kehilangan 2 kakek secara bersamaan, mereka meninggal hanya berselang 3 hari. Mereka meninggal dikarenkaan sakit yang tidak bisa disembuhkan lagi. Dan seperti sudah ada dalam sebuah scenario, kakek-kakekku juga meninggal dibulan Ramadahan. Tiga kejadian berturut-turut dimulai dari orang tuaku yang memutuskan bercerai, kemudian aku yang mendapat vonis kanker ganas dari dokter dan yang terakhir aku harus kehilangan kakek-kakekku yang selalu membimbingku dan menemaniku selama ini.

Waktu itu aku hanya berkeluh-kesah, kenapa Allah memberi cobaan seberat ini 3 kejadian berat beturut-turut dan kesemuanya terjadi dibulan Ramadhan. Kenapa disaat bulan yang penuh berkah ini, aku harus mendapat musibah seperti ini? Allah tidak adil padaku, pikirku waktu itu. Tapi ada dorongan dari hati kecilku. Aku harus kuat. Tak mungkin Allah memberi cobaan padaku melebihi kemampuanku. Dan aku yakin ada hal terindah setelah kejadian ini.

Seminggu lagi Ramadhan tiba, jujur aku merasa takut. Aku takut menghadapi Ramadhan ini karena aku takut ada kejadian yang sulit lagi yang harus aku terima. Namun aku tak sanggup apa-apa, aku harus mengadapinya dengan bahagia apapun yang terjadi nanti.
Kuhapus airmataku yang jatuh. Dan kembali aku naik keatas tempat tidurku. Namun beberapa menit kemudain adzan berkumandang, kuambil air wudhu dan aku mulai memakai mukenaku. Aku senang sekali menggunakan mukena ini. Jujur, aku senang jika aku melihat seorang wanita menggunakan jilbab, jika seorang wanita menggunakan jilbab dia kelihatan anggun dan cantik. Aku ingin seperti itu, tapi keluargaku adalah keluarga yang liberal. Keluargaku tak pernah mengajarkanku mengenai agama.

Setelah sholat aku ingin tetap memakai mukena ini, aku merasa nyaman menggunakannya. Tiba-tiba aku merasa mengantuk, aku ingin berbaring dulu. Kurasakan nyaman sekali tempat tidurku dan badanku terasa hangat menggunakan mukena ini. Kupejamkan mataku, dalam mimpiku aku bertemu dengan dua orang yang asing bagiku, dia mengajakku pergi. Aku tidak mau, tapi tiba-tiba ada kakek-kakekku disana. Aku rindu kakek dan akhirnya aku mau ikut mereka. Aku senang sekarang ada kakek-kakekku disini dan bisa menemaniku. Dan aku bisa bermain dengan kakek-kakekku dengan leluasa tak peduli waktu, tempat. Dan aku senang aku berjilbab disini. Dan akhirnya aku akan bisa melewati Ramadhan terindah nanti disini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar